Guratan-guratan lusuh di wajah pengembara...
Terpancar kekar bekas jejak pendakian...
Tersudut elegi noktah-noktah bengis lalim kehidupan.
Dia,.....
Ada tak untuk jemawa,
Saksi di sejuta kurang satu peristiwa.
Hidupnya tak lebih abadi dari alira air bermuara...
Hanyalah datang menyela pagi berkawan debu di pelupuk mata.
Dia,...
Tak asing dengan cemo'ohan,
Cacian penguasa jaman.
Hidup baginya tak lebih dari ada ketika kelak ditiadakan.
Tak bertepi,sekilas tak berarti.
Liku terjal lereng berbatu,licin miring tanah liat musim penghujan menemani susuran perjalanannya.
Betapa keluh tak terlintas dalam benaknya.
Meski peluh tak henti bercucur di dahi legamnya.
Dia,..
Tak henti tersenyum manis kala ludah pemobil menghampiri mukanya.
Cukup dengan baju dekil yang dua belas hari di sandangnya untuk menyeka,kemudian menampakkan senyum karena masih ada orang yang mempedulikannya.
Dia,...
BUKAN PENGEMIS..!!!
Tegas kubela jika ada ungkapan yang menyebutnya begitu.
Dia,..
Tak berharap uluran sesuap nasi para penderma yang melihatnya iba.
Dia manusia dan ingin di manusiakan bukan binatang peliharaan.
Dia,...
Bukanlah dewa atau malaikat yang berwujud manusia.
Dia berhati nurani layaknya orang biasa.
tujuan ia hidup bukan alasan untuk dipertanyakan.
Darimana ia makan tak soal kenapa ia hidup sampai sekarang.
Kemana langkahnya berikut,semoga selalu dalam lindung-Nya.
Selamat jalan pengembara,terima kasih datang berkunjung...salam.
Kamis, 24 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)